Dari Mana Aku Mendapat Energi

Eleazar Evan Moeljono
2 min readJul 4, 2024

--

Perjalanan mengeksplor pulau Flores di akhir Juni lalu cukup menguras energi. Sehari di kota Ende, bergegas ke Moni. Lanjut lagi di Nagekeo, kemudian mengunjungi Bajawa. Di antara semua perjalanan ini, juga ada kunjungan ke Desa Adat Wologai, Blue Stone Beach, Pemandian Air Panas Soa, serta mendaki Puncak Kelimutu.

Semua ini memantik pertanyaan dari manajer sekaligus rekan baik kami, Kak Devi, “Dari mana sih kamu dapat energi sebesar ini?”

Sempat terlintas pengalamanku di lain waktu yang mengajarkanku bahwa orang-orang di sekitar menentukan energi dalam diri. Ini sudah pernah dibahas di tulisan lain.

Namun setelah aku pulang dari Flores dan melanjutkan acara lain, aku masih mendapat energi yang besar itu. Aku pun bertanya-tanya yang sama, “Dari mana sih aku dapat energi sebesar ini?”

Roh kudus yang b’ri kekuatan

Lagu Jangan Lelah sering menjadi pilihan lagu persekutuan untuk meningkatkan semangat. Sempat terlintas di batinku, lagu ini toxic juga ya, meminta kita untuk tidak merasakan lelah. Seperti sedang dalam fase denial.

Namun pengalaman menjelajahi Singapura dan NTT dala waktu berdekatan kemarin membuatku sadar, bahwa lagu tersebut ternyata bukan melarang untuk lelah.

Perintah untuk melakukan perjalanan kemarin datangnya dari TUHAN. Jelas sekali, rekening yang tidak mampu membeli tiket dibuat terisi penuh ketika TUHAN berkata, “Pergilah!” Pilihan destinasi pun tidak sembarangan: semuanya mengarah kepada panggilan hidupku.

Aku jadi sadar bahwa yang memintaku untuk pergi ke Singapura dan NTT kemarin bukanlah ambisiku, melainkan TUHAN sendiri.

Tak heran, ketika jadwal sebenarnya melelahkan, namun tubuh dan jiwa tidak merasa lelah sebab Roh Kudus yang memb’ri kekuatan.

Hari ini aku tengah menjalani Retreat Nasional – Guru Sekolah Kristen di Malang.

Fisik sudah mulai lelah, jiwa pun demikian.

Namun bukan kebetulan jika pagi ini roh dikuatkan lewat ayat yang berkata,

--

--